JALAN TERJAL MENUJU BANGKU KULIAH
Saya
mau bercerita kawan. Insya Allah menjadi pemicu untuk semanget menembus
kampus Impian kalian. Bukan untuk sombong untuk dikenal atau anggapan
negative lainnya. Selamat membaca, walau lumayan panjang semoga tak
melelahkan.
Pada Tahun 2010 yang lalu, tepatnya jelang UN,
saya beranikan diri untuk mendaftar kuliah melalui jalur PMDK. Untirta
saat itu yang saya pilih. Biaya yang dikeluarkan untuk mendaftar jalur
tersebut kurang lebih mencapai 200 ribu (sudah termasuk administrasi,
dsb). Saya pun berusaha untuk mendapatkan uang sekitar 200 ribuan untuk
membayar PMDK. Saya kesana kemari untuk mendapatkan uang. Mulai dari
berjualan asongan di pasar, membantu para pembeli di pasar (bahasa
kesehariannya adalah bawain atau kuli panggul), kebetulan aktivitas
mingguan saya atau diwaktu libur sekolah adalah seperti itu. Selama
sebulan saya mampu mengumpulkan uang sekitar 200 ribu lebih. Saya sudah
memilih daftar jurusan, waktu itu saya memilih Sastra Indonesia dan Ilmu
Perikanan (Faperta), berkas-berkas sudah siap, bahkan tinggal
memberikan kelengkapannya pada guru BK esok harinya. Namun, H-1 Jelang
penutupan pendaftaran PMDK orang tua saya gundah. Marah secara tiba-tiba
Karena tanpa bilang-bilang untuk daftar kuliah. Karena saya paham
bener, dengan kondisi ekonomi keluarga yang tidak mampu lagi untuk
melanjutkan kuliah. Dengan harapan saya secara tiba-tiba mendaftar lalu
bayar sendiri tanpa sepengetahuan keluarga. Jalan yang saya pilih salah.
Keluarga menyuruh membatalkan registrasi PMDK. Dengan segala
pertimbangannya. Saya ditemani oleh kawan akrab saya (Linda). Kebetulan
Linda pun mendaftar PMDK. Sontak tiba-tiba ketika saya bilang
membatalkan proses registrasi PMDK saya. Si Linda pun ikutan bimbang.
Akhirnya, Linda pun ikutan membatalkan Proses registrasi PMDKnya.
Kesempatan PMDK 2010 gagal.
Ketika kesempatan di PMDK
gagal. Saya pun mencoba untuk bertarung di SIMAK UI. SIMAK UI pada tahun
2010 dilaksanakan sebelum Ujian Nasional. Subhanallah saat itu.
Susahnya registrasi melalui SIMAK minta ampun. Beberapa kali saya gagal
hanya untuk membuat akun di penerimaan.ui.ac.id. User telah
digunakanlah, apalah. Pokoknya ribet banget (menurut saya). Wajar, pada
tahun 2010 dunia teknologi seperti internet atau registrasi secara
online disekolah saya belumlah berkembang. Saat itu eranya facebook
mulai menggema di anak muda usia sekolah. Salah seorang kawan saya
dengan mudahnya mendaftar SIMAK UI. Si Teteh waktu itu ikutan Bimbel
RONIN untuk persiapan SIMAK dan seleksi masuk PTN. Sekarang Si Teteh
diterima di Fakultas Keperawatan UI. Karena hal teknis itulah, saya
bye-bye sendiri pada SIMAK. Saya pikir UI buat kalangan orang gedean aja
kali ya, hanya buat akun saja susah banget. SIMAK UI 2010, lewat
dengan merdunya. Padahal harapan terbesar saya adalah bisa belajar di
Kampus Kuning tersebut.
Tak sampai disitu, setelah acara
sakral Ujian Nasioan (UN) berlangsung saya mulai gesit mencari seleksi
masuk perguruan tinggi. SNMPTN 2010 saat itu. Saya mulai merayu-rayu
keluarga untuk mengizinkan saya ikutan tes masuk PTN. Biaya 150 ribu pun
saya cari lagi. Dengan tambahan uang sisa PMDK kemarin yang gagal untuk
registrasi. Tidak jauh beda, saya mencari rupiah demi rupiah dari gang
ke gang di pasar baru Cilegon. Registrasi pun dimulai. Kebetulan memakai
pola registrasi secara online juga melalui www.snmptn.ac.id.
Tidak mengalami banyak kendala saat registrasi. Karena pendaftaran
snmptn relative cukup mudah. Ditambah banyak kawan-kawan yang mendaftar,
jadi pertolongan semakin terbuka. Berbeda dengan SIMAK UI. Pendaftar UI
disekolah saya masih kecil. Nyali mereka menciut untuk ke UI. Keluarga
saya Nampak manggut-manggut entah setuju atau tidak saya mengikuti
SNMPTN. Saya beranikan diri. Saya memilih jurusan Ilmu Komunikasi dan
Bahasa Inggris (gaya ya.. milih bahasa Inggris, padahal Cuma bisa bilang
You Are Welcome aja). Saya pun mengikuti Ujian SNMPTN selama dua hari.
Berlokasi di SMA Prisma Serang. Gelisah dan carut marut. Saya yang
berasal dari Rumpun IPA yang masih FRESH tiba-tiba di suguhkan dengan
soal-soal bernuansa IPS. Terus kemampuan dasar, jelas-jelas itu soal
sangat tingkat tinggi sekali. Belum saya dapatkan soal seperti itu
dikelas. Ditambah soal TPA (Tes Potensi Akademik) yang terlihat mudah
tapi sangat menjebak sekali. Hari pertama saya lancar walau gelisah.
Bahkan lebih gelisah lagi di hari kedua saya telat masuk ruang Ujian
yang seharusnya jam 10.00 saya nyampe ruang ujian sekitar 10.30. Telat
waktu itu saya memilih kendaraan yang lumayan murah yaitu Bis ¾ dari
Cilegon sampe Prisma. Maklumlah, trayek bis ¾ muter lingkar selatan
dulu. Sudah bisa ketebak kawan. Saya kurang pede bisa lulus SNMPTN.
Ketidak pedean ternyata berimplikasi juga terhadap hasil. SNMPTN 2010,
saya gagal dari persaingan yang sangat ketat. Saya bener-bener sakit
hati disitu. Rasa sakit hati ditolak SNMPTN lebih terasa dibandingkan
saya ditolak cewek 10. Nyesek banget SNMPTN memberikan kata “Mohon
Maaf”.
Perjalanan itu belum cukup sampai disitu kawan.
Saya masih bersemangat mengejar obesesi saya agar bisa berkuliah. Tidak
ada satupun yang boleh mencegah hasrat mimpi ini. Selama rupiah masih
bisa dicari dan keridhaan keluarga masih bisa dinikmati, semangat ini
akan terus terpatri.
Kesekian kalinya, saya mencoba
diperuntungan jalan lain. Saya mulai melamar kerja. Saya mulai apply
lamaran saya ke beberapa perusahaan dikawasan Bojonegara, Cilegon, Anyer
hingga Tangerang. Bertumpuk sangat banyak lamaran kerja saya di kamar.
Setiap harinya dikirim melalui post dan dikirim langsung ke perusahaan.
Bagaimana hasilnya? Tak semudah itu mencari pekerjaan. Saya merasakan
gimana susahnya menjadi pencari kerja. Jadi pengangguran hingga beberapa
waktu. Gimana merasakan iri yang sangat luar biasa ketika kawan-kawan
terdekat tengah menghadapi ospek kampus dan memakai seragam kerjanya.
Gimana rasanya omongan dan cemoohan sana-sini bergelimang ditelinga
tanpa ada habisnya.
Masih ada satu tes masuk lagi
ternyata. Seleksi penerimaan mahasiswa baru Program Keahlian Teknik
Kimia atau orang Bojonegara atau Cilegon lebih terkenal dengan AMC//CMA
FT Untirta. Saya mulai bersemangat lagi. Satu kesempatan masih tersisa
untuk berkuliah. AMC//CMA adalah program beasiswa pendidikan untuk
mendidik tenaga ahli dibidang Teknik Kimia. Program ini disponsori oleh
sejumlah perusahaan atau industry yang berada di Kawasan Anyer, Merak,
Cilegon, Bojonegara dan Pulo Ampel. Beasiswa ini hanya untuk putra-putri
asal Banten. Selepas masa pendidikannya biasanya akan sangat mudah
dalam memasuki dunia industry dikawasan tersebut. Terbukti beberapa
alumni kawan saya asal SMA 1 Bojonegara, telah bekerja di industry kimia
terbaik di kawasan tersebut dengan posisi yang sangat strategis.
Akhirnya saya pun giat untuk mengikuti ajang seleksi ini. Namun
lagi-lagi, AMC//CMA dengan sangat bijaknya mengatakan “Mohon Maaf”. Saat
itu, diri ini secara dibanting abis-abisan. Kesabaran bener-bener
menjadi kunci penenang.
STIS atau sekolah tinggi ilmu
statistic yang ada di Jakarta sudah saya coba, namun STIS belum memihak
dan bukan jodoh saya. Bahkan beberapa kampus yang menawarkan beasiswa.
Bahkan saya mendapatkan tawaran beasiswa dari kampus swasta di Cilegon
dengan spektakulernya. Melalui tes saringan beasiswa. Obsesi saya yang
terlalu tinggi hanya berorientasi pada kampus negeri. Kuliah di kampus
negeri lalu mendapat beasiswa dan tanpa meminta uang kuliah ke keluarga.
Hanya itu yang saya kejar. Bukan anak muda kalau jiwanya
setengah-setengah dan lekas keok.
Untuk mengisi keseharian
saya, saya pun mengisi kegiatan seperti anak kampung pada umumnya.
Berjualan di pasar sebagai khas masyarakat di kampung saya, menjadi kuli
panggul dan berjualan kantong plastic. Sorenya setiap pekannya saya
melatih ekstrakurikuler baris-berbaris di SMA Negeri 1 Bojonegara dan
SMP Negeri 2 Bojonegara. Kemampuan saya dibidang paskibra cukuplah baik,
karena saya selama disekolah sangat aktif sekali di paskibra. Saya
pernah menjadi ketua paskibra di Sekolah. Bahkan hingga dinobatkan
sebagai Duta Paskibra SMA Negeri 1 Bojonegara. Kesibukan di organisasi
tidaklah menjadikan diri ini kendor dalam mengasah kemampuan akademik
saya. Alhamdulillah, posisi 10 besar dikelas masih bisa diraih. Puncak
pencapaiannya ada di semester 5 dan 6. Akumulasi keuangan saya dari
berjualan, menjadi kuli, melatih, saya persiapkan buat biaya kuliah di
tahun mendatang. Minimal saya sudah punya modal buat biaya kuliah.
Tidak
cukup sampai disitu. Kesempatan kembali datang. Penerimaan Pegawai
Negeri Sipil dari berbagai kementerian dibuka. Kebetulan menerima
lulusan SLTA. Salah satunya adalah di Kementerian Hukum dan HAM. Saya
semakin bersemangat lagi. Setelah beberapa seleksi masuk ditempa
abis-abisan dan mulai bangkit lagi. Saya mulai mempelajari beragam tipe
ujian termasuk tipe ujian cpns. Tes terdiri dari 5 Tahap. Mulai dari
pemberkasan sampai Ujian akhir. Saya dengan rasa optimisnya bisa
menaklukan ribuan pelamar. Padahal formasi yang dibutuhkan sangatlah
sedikit. Tahap ujian demi ujian saya berhasil lolos hingga melaju ke
tahap akhir. Ditahap akhir, optimisme saya semakin tinggi. Soal Ujian
saya menyisakan 3 sampe 6 saja yang dirasa ragu dalam menjawabnya. Saya
berdoa dengan intensitas yang sangat sering. Berharap Tuhan meluluskan
saya. Namun, Tuhan berkata lain. Ini bukan rezeki saya. Dalam Ujian kali
ini, saya gagal. Padahal sudah mencapai tahap akhir. Getir rasanya
hidup. Keluarga semakin memberikan senyum semangatnya. Mensuport
abis-abisan setiap kegiatan atau seleksi masuk yang saya ikuti.
Terbilang
rakus memang. Langkah demi langkah yang saya lakukan kurang menggunakan
sentuhan strategi. Atau mungkin keluarga belum merestui sepenuhnya.
Saya mulai melakukan intropeksi diri. Saya mulai mempelajari
kegagalan-kegagalan. Saya mulai belajar memahami soal-soal. Saya mulai
belajar mencuri ilmu dan strategi yang diajarkan oleh bimbel. Saya
semakin sering bertanya kepada orang-orang yang bimbel persiapan masuk
kuliah. Saya banyak mengikuti try out persiapan tes masuk kuliah yang
diadakan oleh lembaga atau dari kampus. Saya belajar dengan sendirinya.
Saya mulai mengoleksi soal-soal dari berbagai tempat bimbel untuk
dijadikan sebagai acuan dan perbandingan. Saya mulai melakukan try out
secara berkala dengan mandiri (sendiri dirumah). Adik-adik kelas saya
rangkul untuk belajar bareng menembus persaingan masuk Kampus negeri.
Kehidupan saya semakin berwarna. Saya mulai mendapatkan asupan dari
segala penjuru. Giat untuk lulus tes masuk ditahun berikutnya.
Selain
itu, saya mulai mempersiapkan diri untuk terjun di dunia industry.
Dengan mengikuti pelatihan-pelatihan kerja. Segala hal buruk
diantisipasi sekecil mungkin. Saya belajar di Balai Besar Latihan Kerja
Industri Serang atau Serang Industrial Training Institute (SITI)
sebagaimana nama bagus yang dipambang balai tersebut. Di Balai, saya
belajar banyak hal tentang dunia industry dan persaingannya. Disana saya
banyak belajar gimana asyiknya menjadi mahasiswa. Karena sebagaian
besar dikelas Training saya 80% adalah mahasiswa dari FT Untirta. Saya
mulai mendapatkan semangat baru dari keluarga baru yang terbentuk.
Seragam Biru menjadi saksi atas langkah awal dalam menata masa depan.
Saya belajar kedisiplinan secara baik dib alai tersebut. Keramah tamahan
balai. Bahkan manajemen balai besar yang sangat luar biasa. Menerapkan
system k3 yang sungguh dan patut diacungi jempol. Dan patut bangga
pernah menjadi bagian dari Keluarga Balai Besar. Memang, balai ini
menjadi salah satu balai terbaik di Indonesia (berdasarkan informasi
yang saya dapatkan dari guru dikelas ini) dan beragam sertifikat yang
terpampang di setiap dinding gedung.
Selesai dari Balai
Besar, saya mulai mengejar impian yang telah kandas ditahun lalu.
Berkuliah di kampus negeri dan mendapatkan beasiswa. Saya mulai fokus
untuk persiapan menghadapi SNMPTN 2011. Saya mulai meminta restu secara
intens kepada keluarga. Terutama kepada ibu saya. Setiap selesai sholat
magrib, saya berada dipangkuan beliau tatkala beliau masih berada di
tempat sholatnya. Saya curhat setiap saat. Saya mulai jelaskan enaknya
berkuliah. Saya mulai memperlihatkan gambar gedung-gedung kampus yang
nantinya akan menjadi tempat belajar saya. UI salah satunya. Gambar
gedung ini paling saya jelaskan paling banyak. Gambar ini tepampang
besar di dinding kamar saya. Kemudian diselipkan dengan ITB.
Tulisan-tulisan nama kampus berjumlah 60 PTN. Mulai mengganti profil
handphone dengan nama nama kampus impian. Mulai menempel nama UNJ. Mulai
menempel rute perjalanan kalo saya lulus tes nanti. Masih inget di
pikiran saya. Saya menuliskan rute perjalanan dua kampus di dinding
kamar saya dan buku catatan saya. UI= Bojonegara èNaik Angkutan
BojonegaraèNaik angkutan PCI turun di Terminal Bayangan è Naik Bis Arah
Kampung Rambutan, turun di Terminal Kp. Rambutan è Naik angkutan warna
merah tujuan UI è Turun di UI Depok. UNJ = Bojonegara èNaik Angkutan
BojonegaraèNaik angkutan PCI turun di Terminal Bayangan è Naik Bis Arah
Kampung Rambutan, turun di Terminal Kp. Rambutan è Naik Busway arah
UNJ è Turun di UNJ.
SNMPTN 2011 dimulai. Saya sudah tidak
merasa kesulitan lagi dalam biaya untuk seleksi masuk PTN. Bahkan sudah
saya rencanakan untuk mengikuti SNMPTN dan SIMAK UI 2011. Rezeki pun
datang. Uang saku saya untuk biaya pendaftaran SNMPTN pun masuk kantong
lagi. Karena biaya SNMPTN 2011 digratiskan bagi pelamar beasiswa Bidik
Misi. Padahal tahun kemarin meskipun saya ikutan Bidik Misi tetep bayar.
Selama registrasi Bidik Misi dan SNMPTN, muncul sosok yang sangat luar
biasa. Tak kenal lelah dalam membantu proses registrasi dari Bidik Misi
hingga SNMPTN. Bu Yeni, guru Matematika saya dengan ikhlasnya memberikan
pencerahan untuk semangat berkuliah kepada saya. Membantu secara moril
dan materiil. Bahkan sampe saat ini belum mampu saya bayar kepada
beliau. Sosok yang menginspirasi saya yang menjadikan semangat saya
untuk berkuliah menjadi kuat. Satu lagi, sosok berikutnya, Pak Dadang.
Beliau suami dari Bu Yeni. Sama halnya dengan sang istri. Budi baiknya
sangat-sangat luar biasa sekali. Berkat beliau berdua, saya dikenalkan
ITB. Saya diajak bertaaruf dengan ITB hingga mengunjungi di Kota Kembang
Bandung. Pak Dadang kebetulan salah satu Alumni dari ITB juga.
Dengan
segala persiapan, SNMPTN menggema seantero nusantara. Saya memilih
kelompok Ujian IPC (Ilmu Pengetahuan Campuran). Ini tantangan terberat
saya. Harus menguasai dua rumpun sekaligus. Saya Memilih Jurusan Ilmu
Perikanan Untirta untuk kelompok IPA dan memilih Geografi dan Ilmu
Sosiologi UNJ untuk rumpun IPS. Saya sangat optimis dengan kepercayaan
diri yang sangat tinggi. Saya merasakan gimana entengnya setiap langkah
yang saya ambil. Saya merasakan ketenangan yang sangat luar biasa.
Senyum keluarga selalu terpancar pada diri saya. Bahkan menjelang
pelaksanaan Ujian SNMPTN, ibu saya ada dirumah untuk mempersiapkan diri
membuat sarapan untuk saya. Seharusnya ibu sedang berjualan di pasar.
Ibu pergi berjualan diwaktu jelang subuh hingga dzuhur pulang. Tidak
seperti tahun sebelumnya, ibu saya tidak ada. Saya merasakan ada geliat
yang sangat indah. Berjabatan tangan dengan kedua orang tua sebelum
berangkat mengkuti ujian. Saya mendapatkan lokasi ujian di SMP 11 Al
Azhar Serang. Karena lokasi yang lumayan akses angkutannya lama. Saya di
izinkan untuk membawa kendaraan (motor) ke lokasi ujian.
Di
kelas yang sama, saya banyak bertemu dengan kawan-kawan SD dan SMP,
hingga di Paskibra Serang. Sehingga di lokasi ujian saya semakin nyaman
dan tak asing. Saya bertemu dengan kawan saya yang bersekolah di Smansa,
di SMA 2, SMA 3, dan SMA Lainnya. Saya mengerjakan soal demi soal
dengan sangat ringan sekali. Rasanya nikmat Allah sedang mengangkat
mimpi saya.
Pengumuman SNMPTN 2011 tiba. Malam-malam
sebelum isya rekanan sudah mulai gundah. Ada yang mengirim sms dengan
sangat bahagia bahwa ia diterima. Ada sms sedih karena belum diterima.
Ini jelas menyiutkan nyali saya. Sedangkan hasil ujian saya belum saya
lihat. Malem itu bertepatan dengan momentum peringatan hari besar islam
di Komplek Pesona. Saat itu saya turut hadir dalam peringatan tersebut.
Sms sangat banyak sekali yang masuk kedalam hape saya sepanjang acara
tersebut. Saya berusaha menenangkan diri. Saya mulai berkaca dari tahun
sebelumnya dengan tidak gegabah. Sekitar jam 22.40an saya memperhalus
langkah. Saya ditemani oleh kawan dekat saya. Kebetulan kawan saya
memakai hape yang bisa akses internet dengan baik. Dan hape saya memakai
tipe 1112. Saya sms keluarga (kakak) untuk memohon restu mau membuka
hasil ujian. Lalu saya mengambil air wudhu sebelum membuka (pokoknya
pada waktu itu lebay banget). Bahkan kawan saya ini, menantang saya.
Kalo Tesnya lulus saya gendong. Kalo tidak lulus, saya yang gendong dia.
Oke Fine, Sepakat. Saya membuka www.snmptn.ac.id
melalui ponsel milik kawan saya ini. Memasukkan Nomor peserta dan
tanggal lahir secara hati-hati. Dan, Jreng jreng……!!!! Tulisan ini
muncul “Selamat Anda Diterima di Jurusan Geografi Universitas Negeri
Jakarta”
Waw, rasanya semua sakit hati pada tahun kemarin
terbayar sudah. Lega perasaan ini. Ternyata Tuhan melemparku dengan
sangat indah. Tuhan melempar saya ke Ibukota. Walaupun saya menghendaki
emperan ibukota (Depok). Namun, sejatinya nikmat Allah jauh lebih Indah
dibanding keinginan manusia. Kebahagiaan itu saya bagi dengan keluarga
saya. Senyuman mereka sangat indah sekali. Beberapa hari, saya merasakan
kegembiraan dalam keluarga ini. Kebahagiaan itu terbagi pula dengan
kehadiran dua keponakan baru saya, Niswa dan Alif. Lengkap sudah
kebahagiaan saya.
Kebahagiaan itu tidak bergema lama
ternyata. Ada masalah baru muncul. Saya diterima di Universitas Negeri
Jakarta. Itu kampus ibukota. Taulah, reputasi ibukota seperti apa dimata
masyarakat. Dengan segudang masalah (walaupun dikampung banyak masalah
juga), persoalan biaya hidup, jarak keluarga, dan lain-lain. Akhirnya,
selama seminggu saya disidang abis-abisan setiap malam bersama keluarga.
Tentang kesiapan di ibukota, kesanggupan, dan yang paling terpenting
adalah kesiapan dana. Orang tua sungguh tak mampu lagi untuk membiayai
kuliah. Apalagi selevel Jakarta. Masa-masa itu, saya terancam gagal
daftar ulang di UNJ. Saya terancam membuang kesempatan lulus di UNJ. 90%
keluarga tidak mengizinkan kuliah jauh dari keluarga. Keluarga hanya
memperbolehkan kuliah di sekitar Serang. Dengan semangat keyakinan dan
berusaha meyakinkan keluarga agar mengizinkan saya berkuliah di UNJ.
Dengan menjelaskan bahwa saya akan kuliah dengan beasiswa. Saya akan
berusaha tidak meminta uang untuk biaya kuliah dan biaya hidup selama di
Jakarta. Saya mampu meyakinkan itu semua kepada mereka. Keluarga pun
mulai menyemangati kembali kepada saya. Mereka mengumpulkan sumbangan
uang dari keluarga untuk biaya hidup saya selama di Jakarta. Uang
terkumpul mencapai 1 Juta ditambah uang selama saya bekerja serabutan.
Modal awal tersebut yang mengantarkan saya untuk menimba ilmu di
Jakarta.
Selama mengurus administrasi, saya urus sendiri
tanpa bantuan dari keluarga. Bahkan untuk menemani ke kampus pun tidak
ada. Saya secara mandiri dari Bojonegara menuju Jakarta. Ditemani oleh
kawan saya,yang kebetulan lulus juga di UNJ. Saya berangkat dari
Bojonegara bersama mereka. Bolak-balik ke Jakarta mengurus adiministrasi
daftar ulang mahasiswa baru dan pemberkasan beasiswa akhirnya dilakukan
secara sendiri. Saya bertemu dengan kawan dari daerah yang sama, Allah
mempertemukan saya dengan sosok Hasan. Proses daftar ulang dan inap
menginap pun dibantu dengan beliau. Sosok luar biasa beliau mampu
merubah kurva semangat saya menjadi naik.
Dikala menikmati
awal-awal perkuliahan yang dirasa sangat berat. Belum terbiasa dengan
jauh dengan keluarga atau gaya hidup Jakarta yang sangat berbeda dengan
di daerah saya. Ketika rekan-rekan sebaya bergembira dengan kawan-kawan
barunya di dunia kampus, namun dari hati saya merasakan hal yang sangat
berat. Pikiran saya tertuju pada kehidupan keluarga disana. Saya rindu
rumah, saya rindu disana. Setiap malam saya menangis. Pada saat opening
ceremony MPA (OSPEK) saya mengalami reflex menangis bahagia merasa tak
percaya sedang berada di kampus ini. Sebulan kemudian saya ingin pulang
dan menelepon keluarga. Saya dimaki-maki karena sudah diwanti-wanti
jangan ke Jakarta. Belum fokus pada dunia baru. Saya memutuskan untuk
tetap bertahan. Lagi, Sosok Hasan turut menjadi bagian dari hasutan dan
bumbu rayu MLM yang jitu. Hingga sampe saat ini, saya masih berada di
Kampus ini. Bersemangat membayar perjuangan dimasa lalu dengan menabur
prestasi untuk keluarga tercinta. Dan akan menebar kebermanfaatan,
membuat kreasi dan inovasi pada kampus mungil ini.
*Sumardi (Mardy Joeang)
Mahasiswa Geografi, Angkatan 2011
Penerima Beasiswa Bidik Misi 2011
Kamis, 29 Maret 2012
JALAN TERJAL MENUJU BANGKU KULIAH
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Terharu bang, satu kata "salut atas perjuangan anda"
BalasHapus