Kamis, 29 Maret 2012

JALAN TERJAL MENUJU BANGKU KULIAH

JALAN TERJAL MENUJU BANGKU KULIAH

Saya mau bercerita kawan. Insya Allah menjadi pemicu untuk semanget menembus kampus Impian kalian. Bukan untuk sombong untuk dikenal atau anggapan negative lainnya. Selamat membaca, walau lumayan panjang semoga tak melelahkan.

Pada Tahun 2010 yang lalu, tepatnya jelang UN, saya beranikan diri untuk mendaftar kuliah melalui jalur PMDK. Untirta saat itu yang saya pilih. Biaya yang dikeluarkan untuk mendaftar jalur tersebut kurang lebih mencapai 200 ribu (sudah termasuk administrasi, dsb). Saya pun berusaha untuk mendapatkan uang sekitar 200 ribuan untuk membayar PMDK. Saya kesana kemari untuk mendapatkan uang. Mulai dari berjualan asongan di pasar, membantu para pembeli di pasar (bahasa kesehariannya adalah bawain atau kuli panggul), kebetulan aktivitas mingguan saya atau diwaktu libur sekolah adalah seperti itu. Selama sebulan saya mampu mengumpulkan uang sekitar 200 ribu lebih. Saya sudah memilih daftar jurusan, waktu itu saya memilih Sastra Indonesia dan Ilmu Perikanan (Faperta), berkas-berkas sudah siap, bahkan tinggal memberikan kelengkapannya pada guru BK esok harinya. Namun, H-1 Jelang penutupan pendaftaran PMDK orang tua saya gundah. Marah secara tiba-tiba Karena tanpa bilang-bilang untuk daftar kuliah. Karena saya paham bener, dengan kondisi ekonomi keluarga yang tidak mampu lagi untuk melanjutkan kuliah. Dengan harapan saya secara tiba-tiba mendaftar lalu bayar sendiri tanpa sepengetahuan keluarga. Jalan yang saya pilih salah. Keluarga menyuruh membatalkan registrasi PMDK. Dengan segala pertimbangannya. Saya ditemani oleh kawan akrab saya (Linda). Kebetulan Linda pun mendaftar PMDK. Sontak tiba-tiba ketika saya bilang membatalkan proses registrasi PMDK saya. Si Linda pun ikutan bimbang. Akhirnya, Linda pun ikutan membatalkan Proses registrasi PMDKnya. Kesempatan PMDK 2010 gagal.

Ketika kesempatan di PMDK gagal. Saya pun mencoba untuk bertarung di SIMAK UI. SIMAK UI pada tahun 2010 dilaksanakan sebelum Ujian Nasional. Subhanallah saat itu. Susahnya registrasi melalui SIMAK minta ampun. Beberapa kali saya gagal hanya untuk membuat akun di penerimaan.ui.ac.id. User telah digunakanlah, apalah. Pokoknya ribet banget (menurut saya). Wajar, pada tahun 2010 dunia teknologi seperti internet atau registrasi secara online disekolah saya belumlah berkembang. Saat itu eranya facebook mulai menggema di anak muda usia sekolah. Salah seorang kawan saya dengan mudahnya mendaftar SIMAK UI. Si Teteh waktu itu ikutan Bimbel RONIN untuk persiapan SIMAK dan seleksi masuk PTN. Sekarang Si Teteh diterima di Fakultas Keperawatan UI. Karena hal teknis itulah, saya bye-bye sendiri pada SIMAK. Saya pikir UI buat kalangan orang gedean aja kali ya, hanya buat akun saja susah banget. SIMAK UI 2010, lewat dengan  merdunya. Padahal harapan terbesar saya adalah bisa belajar di Kampus Kuning tersebut.

Tak sampai disitu, setelah acara sakral Ujian Nasioan (UN) berlangsung saya mulai gesit mencari seleksi masuk perguruan tinggi. SNMPTN 2010 saat itu. Saya mulai merayu-rayu keluarga untuk mengizinkan saya ikutan tes masuk PTN. Biaya 150 ribu pun saya cari lagi. Dengan tambahan uang sisa PMDK kemarin yang gagal untuk registrasi. Tidak jauh beda, saya mencari rupiah demi rupiah dari gang ke gang di pasar baru Cilegon. Registrasi pun dimulai. Kebetulan memakai pola registrasi secara online juga melalui www.snmptn.ac.id. Tidak mengalami banyak kendala saat registrasi. Karena pendaftaran snmptn relative cukup mudah. Ditambah banyak kawan-kawan yang mendaftar, jadi pertolongan semakin terbuka. Berbeda dengan SIMAK UI. Pendaftar UI disekolah saya masih kecil. Nyali mereka menciut untuk ke UI. Keluarga saya Nampak manggut-manggut entah setuju atau tidak saya mengikuti SNMPTN. Saya beranikan diri. Saya memilih jurusan Ilmu Komunikasi dan Bahasa Inggris (gaya ya.. milih bahasa Inggris, padahal Cuma bisa bilang You Are Welcome aja). Saya pun mengikuti Ujian SNMPTN selama dua hari. Berlokasi di SMA Prisma Serang. Gelisah dan carut marut. Saya yang berasal dari Rumpun IPA yang masih FRESH tiba-tiba di suguhkan dengan soal-soal bernuansa IPS. Terus kemampuan dasar, jelas-jelas itu soal sangat tingkat tinggi sekali. Belum saya dapatkan soal seperti itu dikelas. Ditambah soal TPA (Tes Potensi Akademik) yang terlihat mudah tapi sangat menjebak sekali. Hari pertama saya lancar walau gelisah. Bahkan lebih gelisah lagi di hari kedua saya telat masuk ruang Ujian yang seharusnya jam 10.00 saya nyampe ruang ujian sekitar 10.30. Telat waktu itu saya memilih kendaraan yang lumayan murah yaitu Bis ¾ dari Cilegon sampe Prisma. Maklumlah, trayek bis ¾ muter lingkar selatan dulu. Sudah bisa ketebak kawan. Saya kurang pede bisa lulus SNMPTN. Ketidak pedean ternyata berimplikasi juga terhadap hasil. SNMPTN 2010, saya gagal dari persaingan yang sangat ketat. Saya bener-bener sakit hati disitu. Rasa sakit hati ditolak SNMPTN lebih terasa dibandingkan saya ditolak cewek 10. Nyesek banget SNMPTN memberikan kata “Mohon Maaf”.

Perjalanan itu belum cukup sampai disitu kawan. Saya masih bersemangat mengejar obesesi saya agar bisa berkuliah. Tidak ada satupun yang boleh mencegah hasrat mimpi ini. Selama rupiah masih bisa dicari dan keridhaan keluarga masih bisa dinikmati, semangat ini akan terus terpatri.

Kesekian kalinya, saya mencoba diperuntungan jalan lain. Saya mulai melamar kerja. Saya mulai apply lamaran saya ke beberapa perusahaan dikawasan Bojonegara, Cilegon, Anyer hingga Tangerang. Bertumpuk sangat banyak lamaran kerja saya di kamar. Setiap harinya dikirim melalui post dan dikirim langsung ke perusahaan. Bagaimana hasilnya? Tak semudah itu mencari pekerjaan. Saya merasakan gimana susahnya menjadi pencari kerja. Jadi pengangguran hingga beberapa waktu. Gimana merasakan iri yang sangat luar biasa ketika kawan-kawan terdekat tengah menghadapi ospek kampus dan memakai seragam kerjanya. Gimana rasanya omongan dan cemoohan sana-sini bergelimang ditelinga tanpa ada habisnya.

Masih ada satu tes masuk lagi ternyata. Seleksi penerimaan mahasiswa baru Program Keahlian Teknik Kimia atau orang Bojonegara atau Cilegon lebih terkenal dengan AMC//CMA FT Untirta. Saya mulai bersemangat lagi. Satu kesempatan masih tersisa untuk berkuliah. AMC//CMA adalah program beasiswa pendidikan untuk mendidik tenaga ahli dibidang Teknik Kimia. Program ini disponsori oleh sejumlah perusahaan atau industry yang berada di Kawasan Anyer, Merak, Cilegon, Bojonegara dan Pulo Ampel. Beasiswa ini hanya untuk putra-putri asal Banten. Selepas masa pendidikannya biasanya akan sangat mudah dalam memasuki dunia industry dikawasan tersebut. Terbukti beberapa alumni kawan saya asal SMA 1 Bojonegara, telah bekerja di industry kimia terbaik di kawasan tersebut dengan posisi yang sangat strategis. Akhirnya saya pun giat untuk mengikuti ajang seleksi ini. Namun lagi-lagi, AMC//CMA dengan sangat bijaknya mengatakan “Mohon Maaf”. Saat itu, diri ini secara dibanting abis-abisan. Kesabaran bener-bener menjadi kunci penenang.

STIS atau sekolah tinggi ilmu statistic yang ada di Jakarta sudah saya coba, namun STIS belum memihak dan bukan jodoh saya. Bahkan beberapa kampus yang menawarkan beasiswa. Bahkan saya mendapatkan tawaran beasiswa dari kampus swasta di Cilegon dengan spektakulernya. Melalui tes saringan beasiswa. Obsesi saya yang terlalu tinggi hanya berorientasi pada kampus negeri. Kuliah di kampus negeri lalu mendapat beasiswa dan tanpa meminta uang kuliah ke keluarga. Hanya itu yang saya kejar. Bukan anak muda kalau jiwanya setengah-setengah dan lekas keok.

Untuk mengisi keseharian saya, saya pun mengisi kegiatan seperti anak kampung pada umumnya. Berjualan di pasar sebagai khas masyarakat di kampung saya, menjadi kuli panggul dan berjualan kantong plastic. Sorenya setiap pekannya saya melatih ekstrakurikuler baris-berbaris di SMA Negeri 1 Bojonegara dan SMP Negeri 2 Bojonegara. Kemampuan saya dibidang paskibra cukuplah baik, karena saya selama disekolah sangat aktif sekali di paskibra. Saya pernah menjadi ketua paskibra di Sekolah. Bahkan hingga dinobatkan sebagai Duta Paskibra SMA Negeri 1 Bojonegara. Kesibukan di organisasi tidaklah menjadikan diri ini kendor dalam mengasah kemampuan akademik saya. Alhamdulillah, posisi 10 besar dikelas masih bisa diraih. Puncak pencapaiannya ada di semester 5 dan 6. Akumulasi keuangan saya dari berjualan, menjadi kuli, melatih, saya persiapkan buat biaya kuliah di tahun mendatang. Minimal saya sudah punya modal buat biaya kuliah.

Tidak cukup sampai disitu. Kesempatan kembali datang. Penerimaan Pegawai Negeri Sipil dari berbagai kementerian dibuka. Kebetulan menerima lulusan SLTA. Salah satunya adalah di Kementerian Hukum dan HAM. Saya semakin bersemangat lagi. Setelah beberapa seleksi masuk ditempa abis-abisan dan mulai bangkit lagi. Saya mulai mempelajari beragam tipe ujian termasuk tipe ujian cpns. Tes terdiri dari 5 Tahap. Mulai dari pemberkasan sampai Ujian akhir. Saya dengan rasa optimisnya bisa menaklukan ribuan pelamar. Padahal formasi yang dibutuhkan sangatlah sedikit. Tahap ujian demi ujian saya berhasil lolos hingga melaju ke tahap akhir. Ditahap akhir, optimisme saya semakin tinggi. Soal Ujian saya menyisakan 3 sampe 6 saja yang dirasa ragu dalam menjawabnya. Saya berdoa dengan intensitas yang sangat sering. Berharap Tuhan meluluskan saya. Namun, Tuhan berkata lain. Ini bukan rezeki saya. Dalam Ujian kali ini, saya gagal. Padahal sudah mencapai tahap akhir. Getir rasanya hidup. Keluarga semakin memberikan senyum semangatnya. Mensuport abis-abisan setiap kegiatan atau seleksi masuk yang saya ikuti.

Terbilang rakus memang. Langkah demi langkah yang saya lakukan kurang menggunakan sentuhan strategi. Atau mungkin keluarga belum merestui sepenuhnya. Saya mulai melakukan intropeksi diri. Saya mulai mempelajari kegagalan-kegagalan. Saya mulai belajar memahami soal-soal. Saya mulai belajar mencuri ilmu dan strategi yang diajarkan oleh bimbel. Saya semakin sering bertanya kepada orang-orang yang bimbel persiapan masuk kuliah. Saya banyak mengikuti try out persiapan tes masuk kuliah yang diadakan oleh lembaga atau dari kampus. Saya belajar dengan sendirinya. Saya mulai mengoleksi soal-soal dari berbagai tempat bimbel untuk dijadikan sebagai acuan dan perbandingan. Saya mulai melakukan try out secara berkala dengan mandiri (sendiri dirumah). Adik-adik kelas saya rangkul untuk belajar bareng menembus persaingan masuk Kampus negeri. Kehidupan saya semakin berwarna. Saya mulai mendapatkan asupan dari segala penjuru. Giat untuk lulus tes masuk ditahun berikutnya.

Selain itu, saya mulai mempersiapkan diri untuk terjun di dunia industry. Dengan mengikuti pelatihan-pelatihan kerja. Segala hal buruk diantisipasi sekecil mungkin. Saya belajar di Balai Besar Latihan Kerja Industri Serang atau Serang Industrial Training Institute (SITI) sebagaimana nama bagus yang dipambang balai tersebut. Di Balai, saya belajar banyak hal tentang dunia industry dan persaingannya. Disana saya banyak belajar gimana asyiknya menjadi mahasiswa. Karena sebagaian besar dikelas Training saya 80% adalah mahasiswa dari FT Untirta. Saya mulai mendapatkan semangat baru dari keluarga baru yang terbentuk. Seragam Biru menjadi saksi atas langkah awal dalam menata masa depan. Saya belajar kedisiplinan secara baik dib alai tersebut. Keramah tamahan balai. Bahkan manajemen balai besar yang sangat luar biasa. Menerapkan system k3 yang sungguh dan patut diacungi jempol. Dan patut bangga pernah menjadi bagian dari Keluarga Balai Besar. Memang, balai ini menjadi salah satu balai terbaik di Indonesia (berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari guru dikelas ini) dan beragam sertifikat yang terpampang di setiap dinding gedung.

Selesai dari Balai Besar, saya mulai mengejar impian yang telah kandas ditahun lalu. Berkuliah di kampus negeri dan mendapatkan beasiswa. Saya mulai fokus untuk persiapan menghadapi SNMPTN 2011. Saya mulai meminta restu secara intens kepada keluarga. Terutama kepada ibu saya. Setiap selesai sholat magrib, saya berada dipangkuan beliau tatkala beliau masih berada di tempat sholatnya. Saya curhat setiap saat. Saya mulai jelaskan enaknya berkuliah. Saya mulai memperlihatkan gambar gedung-gedung kampus yang nantinya akan menjadi tempat belajar saya. UI salah satunya. Gambar gedung ini paling saya jelaskan paling banyak. Gambar ini tepampang besar di dinding kamar saya. Kemudian diselipkan dengan ITB. Tulisan-tulisan nama kampus berjumlah 60 PTN. Mulai mengganti profil handphone dengan nama nama kampus impian. Mulai menempel nama UNJ. Mulai menempel rute perjalanan kalo saya lulus tes nanti. Masih inget di pikiran saya. Saya menuliskan rute perjalanan dua kampus di dinding kamar saya dan buku catatan saya. UI= Bojonegara èNaik Angkutan BojonegaraèNaik angkutan PCI turun di Terminal Bayangan  è Naik Bis Arah Kampung Rambutan, turun di Terminal Kp. Rambutan  è Naik angkutan warna merah tujuan UI è Turun di UI Depok. UNJ = Bojonegara èNaik Angkutan BojonegaraèNaik angkutan PCI turun di Terminal Bayangan  è Naik Bis Arah Kampung Rambutan, turun di Terminal Kp. Rambutan  è Naik Busway arah UNJ è Turun di UNJ.

SNMPTN 2011 dimulai. Saya sudah tidak merasa kesulitan lagi dalam biaya untuk seleksi masuk PTN. Bahkan sudah saya rencanakan untuk mengikuti SNMPTN dan SIMAK UI 2011. Rezeki pun datang. Uang saku saya untuk biaya pendaftaran SNMPTN pun masuk kantong lagi. Karena biaya SNMPTN 2011 digratiskan bagi pelamar beasiswa Bidik Misi. Padahal tahun kemarin meskipun saya ikutan Bidik Misi tetep bayar. Selama registrasi Bidik Misi dan SNMPTN, muncul sosok yang sangat luar biasa. Tak kenal lelah dalam membantu proses registrasi dari Bidik Misi hingga SNMPTN. Bu Yeni, guru Matematika saya dengan ikhlasnya memberikan pencerahan untuk semangat berkuliah kepada saya. Membantu secara moril dan materiil. Bahkan sampe saat ini belum mampu saya bayar kepada beliau. Sosok yang menginspirasi saya yang menjadikan semangat saya untuk berkuliah menjadi kuat. Satu lagi, sosok berikutnya, Pak Dadang. Beliau suami dari Bu Yeni. Sama halnya dengan sang istri. Budi baiknya sangat-sangat luar biasa sekali. Berkat beliau berdua, saya dikenalkan ITB. Saya diajak bertaaruf dengan ITB hingga mengunjungi di Kota Kembang Bandung. Pak Dadang kebetulan salah satu Alumni dari ITB juga.

Dengan segala persiapan, SNMPTN menggema seantero nusantara. Saya memilih kelompok Ujian IPC (Ilmu Pengetahuan Campuran). Ini tantangan terberat saya. Harus menguasai dua rumpun sekaligus. Saya Memilih Jurusan Ilmu Perikanan Untirta untuk kelompok IPA dan memilih Geografi dan Ilmu Sosiologi UNJ untuk rumpun IPS. Saya sangat optimis dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi. Saya merasakan gimana entengnya setiap langkah yang saya ambil. Saya merasakan ketenangan yang sangat luar biasa. Senyum keluarga selalu terpancar pada diri saya. Bahkan menjelang pelaksanaan Ujian SNMPTN, ibu saya ada dirumah untuk mempersiapkan diri membuat sarapan untuk saya. Seharusnya ibu sedang berjualan di pasar. Ibu pergi berjualan diwaktu jelang subuh hingga dzuhur pulang. Tidak seperti tahun sebelumnya, ibu saya tidak ada. Saya merasakan ada geliat yang sangat indah. Berjabatan tangan dengan kedua orang tua sebelum berangkat mengkuti ujian. Saya mendapatkan lokasi ujian di SMP 11 Al Azhar Serang. Karena lokasi yang lumayan akses angkutannya lama. Saya di izinkan untuk membawa kendaraan (motor) ke lokasi ujian.

Di kelas yang sama, saya banyak bertemu dengan kawan-kawan SD dan SMP, hingga di Paskibra Serang. Sehingga di lokasi ujian saya semakin nyaman dan tak asing. Saya bertemu dengan kawan saya yang bersekolah di Smansa, di SMA 2, SMA 3, dan SMA Lainnya. Saya mengerjakan soal demi soal dengan sangat ringan sekali. Rasanya nikmat Allah sedang mengangkat mimpi saya.

Pengumuman SNMPTN 2011 tiba. Malam-malam sebelum isya rekanan sudah mulai gundah. Ada yang mengirim sms dengan sangat bahagia bahwa ia diterima. Ada sms sedih karena belum diterima. Ini jelas menyiutkan nyali saya. Sedangkan hasil ujian saya belum saya lihat. Malem itu bertepatan dengan momentum peringatan hari besar islam di Komplek Pesona. Saat itu saya turut hadir dalam peringatan tersebut. Sms sangat banyak sekali yang masuk kedalam hape saya sepanjang acara tersebut. Saya berusaha menenangkan diri. Saya mulai berkaca dari tahun sebelumnya dengan tidak gegabah. Sekitar jam 22.40an saya memperhalus langkah. Saya ditemani oleh kawan dekat saya. Kebetulan kawan saya memakai hape yang bisa akses internet dengan baik. Dan hape saya memakai tipe 1112. Saya sms keluarga (kakak) untuk memohon restu mau membuka hasil ujian. Lalu saya mengambil air wudhu sebelum membuka (pokoknya pada waktu itu lebay banget). Bahkan kawan saya ini, menantang saya. Kalo Tesnya lulus saya gendong. Kalo tidak lulus, saya yang gendong dia. Oke Fine, Sepakat. Saya membuka www.snmptn.ac.id melalui ponsel milik kawan saya ini. Memasukkan Nomor peserta dan tanggal lahir secara hati-hati. Dan, Jreng jreng……!!!! Tulisan ini muncul “Selamat Anda Diterima di Jurusan Geografi Universitas Negeri Jakarta”

Waw, rasanya semua sakit hati pada tahun kemarin terbayar sudah. Lega perasaan ini. Ternyata Tuhan melemparku dengan sangat indah. Tuhan melempar saya ke Ibukota. Walaupun saya menghendaki emperan ibukota (Depok). Namun, sejatinya nikmat Allah jauh lebih Indah dibanding keinginan manusia. Kebahagiaan itu saya bagi dengan keluarga saya. Senyuman mereka sangat indah sekali. Beberapa hari, saya merasakan kegembiraan dalam keluarga ini. Kebahagiaan itu terbagi pula dengan kehadiran dua keponakan baru saya, Niswa dan Alif. Lengkap sudah kebahagiaan saya.

Kebahagiaan itu tidak bergema lama ternyata. Ada masalah baru muncul. Saya diterima di Universitas Negeri Jakarta. Itu kampus ibukota. Taulah, reputasi ibukota seperti apa dimata masyarakat. Dengan segudang masalah (walaupun dikampung banyak masalah juga), persoalan biaya hidup, jarak keluarga, dan lain-lain. Akhirnya, selama seminggu saya disidang abis-abisan setiap malam bersama keluarga. Tentang kesiapan di ibukota, kesanggupan, dan yang paling terpenting adalah kesiapan dana. Orang tua sungguh tak mampu lagi untuk membiayai kuliah. Apalagi selevel Jakarta. Masa-masa itu, saya terancam gagal daftar ulang di UNJ. Saya terancam membuang kesempatan lulus di UNJ. 90% keluarga tidak mengizinkan kuliah jauh dari keluarga. Keluarga hanya memperbolehkan kuliah di sekitar Serang. Dengan semangat keyakinan dan berusaha meyakinkan keluarga agar mengizinkan saya berkuliah di UNJ. Dengan menjelaskan bahwa saya akan kuliah dengan beasiswa. Saya akan berusaha tidak meminta uang untuk biaya kuliah dan biaya hidup selama di Jakarta. Saya mampu meyakinkan itu semua kepada mereka. Keluarga pun mulai menyemangati kembali kepada saya. Mereka mengumpulkan sumbangan uang dari keluarga untuk biaya hidup saya selama di Jakarta. Uang terkumpul mencapai 1 Juta ditambah uang selama saya bekerja serabutan. Modal awal tersebut yang mengantarkan saya untuk menimba ilmu di Jakarta.

Selama mengurus administrasi, saya urus sendiri tanpa bantuan dari keluarga. Bahkan untuk menemani ke kampus pun tidak ada. Saya secara mandiri dari Bojonegara menuju Jakarta. Ditemani oleh kawan saya,yang kebetulan lulus juga di UNJ. Saya berangkat dari Bojonegara bersama mereka. Bolak-balik ke Jakarta mengurus adiministrasi daftar ulang mahasiswa baru dan pemberkasan beasiswa akhirnya dilakukan secara sendiri. Saya bertemu dengan kawan dari daerah yang sama, Allah mempertemukan saya dengan sosok Hasan. Proses daftar ulang dan inap menginap pun dibantu dengan beliau. Sosok luar biasa beliau mampu merubah kurva semangat saya menjadi naik.

Dikala menikmati awal-awal perkuliahan yang dirasa sangat berat. Belum terbiasa dengan jauh dengan keluarga atau gaya hidup Jakarta yang sangat berbeda dengan di daerah saya. Ketika rekan-rekan sebaya bergembira dengan kawan-kawan barunya di dunia kampus, namun dari hati saya merasakan hal yang sangat berat. Pikiran saya tertuju pada kehidupan keluarga disana. Saya rindu rumah, saya rindu disana. Setiap malam saya menangis. Pada saat opening ceremony MPA (OSPEK) saya mengalami reflex menangis bahagia merasa tak percaya sedang berada di kampus ini. Sebulan kemudian saya ingin pulang dan menelepon keluarga. Saya dimaki-maki karena sudah diwanti-wanti jangan ke Jakarta. Belum fokus pada dunia baru. Saya memutuskan untuk tetap bertahan. Lagi, Sosok Hasan turut menjadi bagian dari hasutan dan bumbu rayu MLM yang jitu. Hingga sampe saat ini, saya masih berada di Kampus ini. Bersemangat membayar perjuangan dimasa lalu dengan menabur prestasi untuk keluarga tercinta. Dan akan menebar kebermanfaatan, membuat kreasi dan inovasi pada kampus mungil ini.


*Sumardi (Mardy Joeang)
Mahasiswa Geografi, Angkatan 2011
Penerima Beasiswa Bidik Misi 2011

1 comments:

  1. Terharu bang, satu kata "salut atas perjuangan anda"

    BalasHapus